Rasulullah s.a.w bersabda (yg bermaksud): Sampaikanlah pesanku walau 1 ayat :)

Friday, January 27, 2017

Give up

 


"Mas, i want to give up." Matanya berkaca.


"Why?"


"I'm so tired already." 


Tangan saya mengusap-usap rambutnya. "Okay, just give up."


Ayat itu yang pertama sekali keluar dari mulut saya. Saya terkelu sebentar. Dulu, ayat itulah yang sering saya hindar.


Jangan give up.

Hold on.

Be strong. 

Sabarlah.


Itulah yang sering kali diratib-ratib setiap kali ada yang mengadu mahu menyerah -- because i did not feel the pain before, and i didn't know how it feels to hold on to something that made more harm -- until that pain chose me.


"Is it really okay for me to give up?" Dia bertanya lagi.


"Sure my dear, why not?"


Kita sering disogok-sogok dengan ungkapan jangan menyerah. Ya, saya tidak nafikan dalam sesetengah keadaan ungkapan itu sangat sesuai diguna pakai. Namun dalam sesetengah situasi yang lain pula ungkapan itu seolah-olah menambah bisa di luka yang ada.


Seolah-olah kita lihat kawan kita genggam paku sambil menangis-nangis sakit kemudian bila dia kata, "Aku tak larat. Boleh tak aku nak lepaskan paku ni?"


Kita pula dengan angkuh membalas,"Jangan give up! Stay strong! I know you can do it."


My dear, you have to know when to give up --


Bila sesuatu tu tak mendatangkan manfaat pada diri sendiri,

Bila sesuatu tu makin merosakkan diri sendiri,

Bila bangun pagi-pagi rasa depress je,

When you lose your own goodself --


Why don't you just give up on something that you hold, kemudian pilih benda lain yang mampu menceriakan hari-hari mandatang? It is really okay to give up, trust me. 


Give up bukan bererti kita dah tak sayang kat seseorang atau kita dah tak suka kat something atau kita dah benci dengan apa perkara yang kita mulakan dahulu. No. 


It's just that -- if you don't give up on them, you might be giving up on yourself. 


Bila kau give up dengan diri sendiri -- Siapa pula yang mahu menceriakan hari? Bukankah kau kata ramai orang memerlukan kau di sisi? 


So my dear, give up if you want, BUT find something that can turn your frown upside down. :)


"Right mas? I should give up, right?"


"Sometimes holding on gives you more harm than letting go." Saya menepuk-nepuk bahunya. Seperti terlihat - lihat kebenaran kata-kata sang murabbi :


Manusia akan pergi bila dia rasa tak diperlukan lagi, dan manusia akan berubah bila selalu disakiti.


Appreciate, before it's too late.. and you, stay strong if you can, hold on if u want, rest if you must, but dont let people force you to think that giving up is a sin, okey? 


Respect yourself enough to walk away from whatever that makes you unhappy.


P/S : Cuma ada satu je perkara yang jangan kau give up selama-lamanya -- berharap pada rahmat Tuhanmu.


Salam sayang :)


Read More......

Saturday, January 21, 2017

It is okay to cry

 


"Kenapa diam je?" -saya


"Takde apa." -dia


"Stres?"


Geleng kepala. 


"Too much to take?"


Air mata mengalir laju. "Trying to be strong, though" sengih sedikit. Pura-pura ketawa sambil tangan kesat air mata yang semakin deras.


Saya teringat satu peristiwa, masa saya kecil dulu, sedang asyik bagi burung merpati liar makan di kampung bersama sepupu sepapat, ada seekor burung yang tidak bergerak seperti rakannya yang lain.


Kami menghampiri. Ternampak luka di sayap burung tersebut. 


"Eh ambik minyak gamat jom kita sapu."


Burung itu pun selamat dalam jagaan kami. Sehari, dua hari, hinggalah akhirnya dia tiada di tempat yang kami letakkan. Mungkin sayapnya sudah pulih, mungkin dia telah terbang kembali -- kami berandaian.


Seekor burung pastilah berkeinginan untuk terbang bebas bersama sayap yang gagah.


Seorang manusia pula pastilah mahu hidup gembira dengan memiliki hati yang bahagia.


Tapi, macam mana nak bahagia bila fitrah hati itu diabaikan semua? Hati itu fitrahnya untuk merasa, dan rasa yang ada dalam dunia ini bukanlah cuma suka. Sedih, marah, kecewa-- semua itu mengapa diabaikan?


Mungkin kita rasa kita hebat, kita kuat. Kita simpan semua, kita tepis segala-- hingga kita tak sedar perkara itulah yang hakikatnya membuatkan kita hancur secara total.


My dear, kuat bukan bererti kita cakap "tak sakit tak sakit" bila ada peluru menembusi diri kita. Kuat bukan bererti bila kita terluka kita gelak-gelak macam takde apa.


Eventhough it seems STRONG my dear, it is WRONG.


Kuat adalah bila kita mampu cakap "YA! Aku sakit!" Dan kita pulihkan diri sendiri serta muncul lebih berani.


Kuat adalah bila kita mampu menghargai semua perasaan yang beraja di hati. Acknowledge it. Feel the pain. Let it stir your soul. And let it go away -- how can it go away when you never acknowledge it at the very first place?


"Cry as much as you want. I'll be waiting." -saya


"Sorry." Dia


"Orang cakap sorry bila buat salah. Hargai perasaan sendiri mana ada salah. You did nothing wrong, so dont make people force you to believe that you are wrong to feel the pain. That is abuse."


Grieving is okay. Crying is okay.


I really do hope that people dont look at those who cry and grief as the weak one. They are really strong enough to acknowledge the pain.


Hey, kenapa patahkan sayap seekor burung, kemudian paksa ia untuk terbang megah?


Let's grow up, people. 


:)

Read More......

Thursday, January 12, 2017

Sebuah hati yang terluka

 


~If i showed u my flaws,

If i couldn't be strong,

Tell me honestly,

Would you still love me the same?~


"Mas, ayah kau sihat?" Soalan itu keluar tulus dari mulut teman yang telah lama tidak bersua.


Kali terakhir berjumpa adalah ketika ayah saya terlantar sakit. 


Saya sekadar senyum, menggeleng sedikit, "Ayah aku dah takdelah.."


"Eh eh Mas, sori sori. Bila Mas? sori aku tak tau." Wajahnya bertukar cemas, seraya tangannya menepuk-nepuk sedikit bahu saya.


"Bulan 10 hari tu, aku pun tak sempat jumpa untuk kali terakhir sebab takde kat Malaysia. Sorilah tak sempat mesej semua orang."


Suasana hening sebentar sebelum dia menyambung kata, "Sabarlah Mas, Allah tahu kau yang paling rapat dengan ayah kau, maybe kau tak kuat nak tengok saat-saat akhir ayah kau."


"Aku dah redha dah." Saya menarik nafas. "Macam mana kau move on eh?" 


Ayahnya telah pergi dahulu sebelum ayah saya, namun dia kelihatan teguh berdiri, tersenyum dan berlari, hingga saya benar-benar mahu tahu bagaimana dia menghadapi hari. 


Dia menundukkan wajah. Tatkala matanya bertentangan dengan mata saya, kelihatan dua matanya dipenuhi air, "Aku tak pernah move on pun, setiap malam sampai sekarang aku menangis. Habis kerja je terus pergi kubur."


Matanya dikelip-kelipkan, membuang sisa-sisa air mata yang kian memenuhi birai matanya yang jernih. "Aku lagilah mas.." Dia menarik nafas. "Masa ayah aku nak pergi, aku yang bawak dia naik kereta pergi hospital, dia genggam je tangan aku." 


Suaranya terhenti. Lama. Kami diam melayan perasaan masing-masing, ditinggalkan oleh cinta pertama yang bertakhta di hati sungguh bukanlah sesuatu yang mudah untuk dihadapi, segala memori bersama seolah-olah sedang berlari-lari di tirai mata, hingga akhirnya kami menangis. Bersama. 


"Entahlah Mas, sekarang ni sampai aku rasa dah takde perasaan dah kalau orang nak pergi dari hidup aku. Kalau nak stay, stay. Nak pergi, pergi."


Saya mengangguk-angguk, mengerti, "Sebab kita rasa orang yang paling bermakna dalam hidup kita pergi pun kita boleh hadapi inikan lagi yang entah siapa-siapa, kan?" 


Hari itu sungguh bermakna, seolah-olah Allah memakbulkan doa saya -- untuk berbicara pada insan yang benar-benar mengerti akan gelodak di jiwa. 


Ramai orang pada hari ini takut untuk terluka. Takut andai dirinya hancur. Takut untuk hadapi dunia -- Dijaga hatinya tanpa dibenarkan walau secalit calar menghinggapi. 


Walhal, saya begitu mencintai seseorang yang pernah 'hancur'. Kerana orang-orang beginilah yang begitu sekali mengerti.


Sebab pernah dimaki -- berusaha cakap elok-elok dengan orang lain.

Sebab tahu sakitnya tak dihargai -- Jadi dirinya lebih menghargai.

Sebab tahu pedihnya ditinggal pergi -- Jadilah dirinya seorang pencinta sejati. 


Orang-orang beginilah tatkala kita bercerita, dia akan mendengar penuh asyik, kerana setiap apa butir bicara yang kita kata -- dia pernah rasa. Ah, indahnya sekeping hati yang pernah terluka!


Menangislah. Untuk apa Allah ciptakan air mata? Bukannya dalam dunia ini dihiasi perkara indah cuma -- Lelaki mana boleh menangis. Big girls dont cry; tak tahulah siapa yang mencipta, walhal air mata bukanlah satu simbol kelemahan melainkan ia adalah satu kekuatan --


Kuatnya jiwa kau hadapi segala ujian. 


Saidina Umar yang terkenal gagah perkasa juga pernah menitikkan air mata tatkala ada rakyatnya yang dalam derita.


Rasulullah yang tiada dosa juga acapkali menangis mengenangkan umatnya -- Lalu mengapa sewenangnya kita meratib -- ah. jangan menangis. orang kuat tidak menangis. Siapa kata?


Orang-orang kuatlah yang sering menangis, dan dari sisa-sisa air mata itu mereka bangun kembali, bangkit dan berlari.


Menangislah. Usah dihiraukan mereka yang menolak pergi. Bukan mereka yang ada tatkala kau teresak-esak di birai katil. Bukan mereka yang ada saat kau berlelah-lelah bangun berdiri. Bukan mereka yang ada saat kau tersembam menyembah bumi. Menangislah. Rasailah kepedihan di hati. Hargailah segala calar balar yang menyelubungi. Jangan biarkan orang lain menidakkan kepedihan yang kau rasa -- hey, it is your pain. you deserve to feel it. 


Calar itu, luka itu -- bukti kau masih lagi sebuah jasad yang bernyawa. Bersyukurlah dan teruskan berlari :)


And you know what? Never mess around with someone who had already fell to the lowest point of their lives -- because you. will. never. win. 


Senyum sikit :)


'Some kind of sadness don't leave us. Not because we want to be sad, but because we want to keep reminding our souls of how brave they were to overcome such pain.' -najwa zebian.


Salam sayang :)


Read More......
 
Copyright It's Life... Wake up from the past =) 2009. Powered by Blogger.Designed by Ezwpthemes .
Converted To Blogger Template by Anshul .