Hujan.

Sumber : Google.

Hujan itu turun lebat,
Bumi dibasahi sebasahnya,
Membasahkan tanah gersang,
Meredupkan sinaran terik mentari.

Ada manusia yang berlari-lari menyembunyikan diri,
Bimbang air hujan terkena membasahi diri,
Si anak kecil digendong oleh si ibu yang penyayang.

Ah,
Hujan itu benar-benar mengingatkanku,
Pada hebatnya kehidupan berTuhan,
Pencipta alam yang luas terbentang,
Bahkan hujan itu menewaskan mentari yang terik memancar.

Hujan itu penenang.
Hujan itu penyejuk jiwa.

Tapi masih ada manusia yang merungut,
Hujan ini benar-benar menyusahkan!
Habis baju di ampaianku basah!
Habis kotor kereta baruku!
Habis lecak jalan di sana sini!

Oh manusia benar-benar terlupa pada satu hakikat bersyukur,
Tika mentari terik memancar,
Mulut pantas berkata indahnya jika hujan datang membasahi,
Dan saat Allah memberi hujan,
Mulut lancar pula merungut itu dan ini..

Duhai manusia,
Sedarlah kita,
Allah itu sudah banyak bersabar dengan kita hambaNya,
Dan kita seringkali terlupa pada hakikat itu,
Ke sana-sini berhibur tanpa henti,
Dan kembali menghadap Ilahi,
Pada saat musibah melanda diri.

Jangan risau,
Jangan bimbang,
Allah itu amat besar rahmatNya,
Asal dikau benar-benar bertaubat,
Dia tidak memandang masa silammu,
Bahkan selalu terbuka menanti kehadiranmu...

Tapi duhai sahabat sekalian yang ada,
Manusia selalu berfikir pada rahmat Allah yang luas,
Ingatlah,
AzabNya juga amat keras,
Jika kita terus menjadi abdi pada kehidupan.

Tanya pada diri,
Siapa hakikatnya kita ini,
Hamba Tuhan atau hamba kepada kehidupan.

Hujan itu masih turun,
Semakin lebat,
Seolah terpancar kesedihan alam,
Melihat manusia yang kian alpa...

Wallahu'alam