I LOVE YOU RASULULLAH!
Dari dulu sehingga sekarang,
Hinaan tidak pernah berhenti,
Dikau terus sahaja dicaci...
Namun dahulu,
Dalam menongkah arus ini,
Dikau tak pernah sendiri,
Yakinnya dikau akan Allah di sisi,
Dan juga para sahabat yang selalu membahagiakan diri....
Ya Rasulullah,
Kini engkau dihina lagi,
Dihina dengan seburuk-buruk penghinaan,
Difitnah dengan sedahsyat-dahsyat fitnah,
Apakah waktu ini,
Engkau sedang menangis di maqam sana?
Ya Rasulullah,
Kami kata kami cinta,
Namun adakah kami berdusta?
Kami kata kami cinta,
Tapi sunnahmu kami biarkan sahaja,
Ajaranmu kami lupakan,
Bahkan kami selalu sibuk,
Menghukum sesama manusia,
Seolah-olah kamilah Tuhan...
Ya Rasulullah,
Engkau selalu mendoakan kebaikan,
Meski kepada manusia yang melontarkan hinaan,
Engkau tersenyum,
Berbuat baik kepada wanita yang selalu menghinamu,
Menziarahi manusia yang selalu melontar batu ke arahmu...
Namun kini,
Engkau difitnah lagi,
Bukan dirimu sahaja,
Malah Khadijah dan Aishah yang mulia terlibat sama,
Bagaikan ku terlihat,
Titisan air mata Fatimah membersihkan najis yang dilontarkan ke arahmu,
Bergetar hatiku,
Mengenangkan Khadijah yang berkorban segalanya demi Islam tercinta,
Cemburu rasa jiwaku,
Mengenangkan Aishah yang menemanimu sehingga ke pengakhiran usia...
Ya Rasulullah,
Engkau selalu bermanis muka,
Engkau selalu menyebarkan bahagia,
Sedang kami selalu bertelagah sesama manusia,
Sibuk mempertahankan pendapat sendiri,
Menghodohkan syariat Islam yang hakikatnya Indah..
Kami marah Islam dihina!
Kami kecewa engkau difitnah!
Tapi,
kami bergerak lewa,
Dalam arus dunia,
Kami tersungkur hiba.
Tiada lagi Salahuddin al-Ayubi yang melawan musuh dengan berhemah,
Atau Umar al-Khatab yang mempamerkan lambang Islam yang amanah,
Yang tinggal hanya kehancuran,
Keleburan...
Ya Rasulullah,
Sungguh aku rindu!
Rindu pada kedamaian Islam,
Sungguh aku rindu!
Rindu pada tertegaknya yang haq di bumi ini...
Ya Rasulullah,
Apakah aku ini,
tergolong dalam golongan yang engkau rindui,
Atau aku ini,
Hanyalah perosak agama yang suci?
Ya Rasulullah,
Adakah pada ketika ini,
Engkau sedang menangis lagi,
Melihat umatmu ini?
Suatu ketika bersama Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam sahabat-sahabatnya yang mulia. Dibarisi sahabat paling setia Abu Bakar as-Siddiq. Terkeluar dari mulut baginda yang sangat mulia. “Wahai Abu Bakar, aku begitu rindu hendak bertemu dengan ikhwanku (saudara-saudaraku),” kata baginda Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam.
“Apakah maksudmu berkata demikian, wahai Rasulullah? Bukankah kami ini saudara-saudaramu?”Abu Bakar bertanya melepaskan gumpalan teka-teki yang mula menyerabut fikiran.
“Tidak, wahai Abu Bakar. Kamu semua adalah sahabat-sahabatku tetapi bukan saudara-saudaraku.” Suara Rasulullah bernada rendah.
“Kami juga saudaramu, wahai Rasulullah,” kata seorang sahabat yang lain pula.
Rasulullah menggeleng-gelangkan kepalanya perlahan-lahan sambil tersenyum. Kemudian Baginda bersuara,
“Ikhwanku adalah mereka yang belum pernah melihatku tetapi mereka beriman denganku dan mereka mencintai aku melebihi anak dan orang tua mereka. Mereka itu adalah saudara-saudaraku dan mereka bersama denganku. Beruntunglah mereka yang melihatku dan beriman kepadaku dan beruntung juga mereka yang beriman kepadaku sedangkan mereka tidak pernah melihatku.” (Hadis Muslim)
Wallahu'alam
No comments:
Post a Comment